Merajut Keteladanan Santo Martin Wujudkan Gereja Ideal Di Kampung Toleransi
Keywords:
Gereja, Teladan Santo Martin, Gereja IdealAbstract
Kampung Toleransi sebagai area hunian warga dari aneka agama dan perwujudan praksis hidup dan kehidupan damai antarumat beragama memberi peluang besar dan ruang yang tak terbatas untuk tumbuh kembangnya sikap hidup moderat, saling menghargai dan saling menghormati antarumat beragama. Bangunan-bangunan rumah ibadah (gereja, masjid, wihara, pura, kelenteng) yang dirancang bangun dengan tata letaknya yang berjejer-berdampingan memiliki makna simbolik berkaitan dengan cita-cita luhur semua warga beragama yang diam di seputaran area itu dan beribadah di rumah ibadah-rumah ibadah tersebut. Konstruksi tata letak demikian secara esensial menggambarkan ketidakbertetentangan (hospitality, bukan hostility) dan merujuk pada pembangunan “hospitality theology (teologi keramahan/ fraternity), bukan “hostility theology” (teologi permusuhan) sekaligus menunjukkan pluralitas sebagai gift (anugerah Allah) atau “sunatullah “(kehendak Allah). Untuk Menggapai makna demikian kiranya teladan hidup orang saleh (santo Martin) menjadi model dan rujukan warga umat yang mendiami Kampung Toleransi, secara khusus warga atau umat Gereja Santo Martinus Naibonat di Kampung Toleransi. Mereka diharapkan jadi pelaku hidup moderat dan perwujudan hidup toleran.